DWI SAPUTRI — 202115500151
Sejarah Berdirinya Cengkareng
Cengkareng adalah bagian yang tak terpisahkan dari sejarah tanah-tanah partikelir sekujur BATAVIA. Sejarah yang dimulai pada masa awal kejayaan VOC, ketika kongsi dagang Hindia Timur itu menjarah tanah-tanah jauh dari markasnya di Sunda Kelapa sepanjang paruh kedua abad ke-17. Tanah-tanah sekujur Ommelanden atau kawasan luar kota Batavia lama, diukur, dipetakan, dan diberi nama kemudian dijual ke investor. Pejabat VOC membeli tanah-tanah itu dengan harga yang sangat murah sebagai tindakan spekulasi. Saat itu perang VOC yang terjadi di Banten masih berlangsung. Ommelanden bukan kawasan aman untuk investor bisnis perkebunan Dedrick Durven yang kelak menjadi gubernur Jendral VOC tercatat sebagai pemilik tanah Partikelir Cengkareng.
Pertanyaan orang-orang mengenai daerah Cengkareng adalah
Bagaimana Tanah Partikelir diberi nama Cengkareng dan apa arti kata Cengkareng tersebut?
Menjawab pertanyaan pertama adalah karena menggunakan ilmu toponimi, pertanyaan kedua adalah dengan melihat tradisi orang-orang Belanda saat itu memberi nama.
Toponimi adalah ilmu tentang penamaan wilayah, tempat, atau permukaan bumi. Orang-orang Belanda memiliki tradisi memberi nama sesuai karakteristik permukaan bumi tersebut. Jika terdapat permukaan atas tanah, orang Belanda akan mempertimbangkan kearifan lokal sebelum menentukan nama. Jika tidak, penamaan akan ditentukan oleh tumbuhan dominan di atas tanah atau karakteristik lain yang khas.
Penamaan Cengkareng untuk tanah Partikelir diperkirakan terjadi pada dua dekade terakhir pada abad ke-17, ketika landmeeter memasuki wilayah Batavia dan memetakannya. Pemetaan Cengkareng diperkirakan bersamaan dengan pemetaan Kalideres, Rawa Buaya, Tegal Alur, Kapuk, Kamal, Tanjung Burung, sampai ke Tepi Sungai Cisadane. Setelah pemetaan, Landmeeter akan memberi nama setiap bidang tanah dan melukiskannya di peta untuk keperluan pendataan.
Cengkareng diperkirakan berasal dari Tjengkarang atau Tjengkaring yaitu tanaman dengan nama latin Erytrina Corallodendron. Tjengkarang masih satu keluarga dengan tumbuhan Dadap. Arsip Botani Hindia-Belanda menyebut tanaman ini dalam kalimat; e bloemknoppen en bloemen Tjengkarang, yang artinya adalah kucup bunga dan bunga Tjengkarang.
Marten Douwes Teenstra dalam Beknopte Beschrijving van de Nederlansche overzeesche bezittingen, menulis Tjengkarang tumbuh di Sumatra dan digunakan penduduk untuk obat. Tjengkarang adalah tanaman semak berduri, tanaman ini diperkirakan mendominasi sekujur wilayah yang menggunakan namanya sampai pertengahan abad ke-17.
Cengkareng adalah sebuah kecamatan di Jakarta Barat yang terletak di sebelah barat di Jakarta. Daerah ini dikenal sebagai kawasan yang strategis dikarenakan terletak di sebelah Bandara Soekarno-Hatta dimana pintu gerbang utama di Indonesia untuk masuk ke Jakarta dan negara-negara lain di dunia.
Sejarah Cengkareng dimulai pada abad ke-16, ketika daerah ini masih berupa hutan belantara yang dihuni oleh suku Betawi dan suku Dayak. Pada masa itu, daerah ini masih terisolasi dan sulit untuk diakses, sehingga tidak banyak penduduk yang tinggal di tempat ini. Namun, pada abad ke-17, daerah Cengkareng mulai dikenal sebagai tempat pelabuhan yang penting, terutama bagi pedagang Tiongkok dan Arab yang datang ke Batavia.
Pada tahun 1682, VOC membangun pelabuhan di daerah Cengkareng sebagai bagian dari upaya mereka untuk memperkuat posisi mereka yang saat itu berada di Batavia. Pelabuhan tersebut menjadi pusat perdagangan utama di Kawasan Barat Jakarta selama beberapa abad dan menjadi tempat untuk transit bagi para pedagang yang datang dari seluruh dunia.
Selama masa penjajahan Belanda berlangsung daerah Cengkareng tetap menjadi kawasan yang sangat penting, terutama sebagai pusat perdagangan dan transportasi. Pada masa itu, pelabuhan terbesar di Hindia-Belanda dan menjadi tempat bagi barang-barang yang akan dikirim ke seluruh dunia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Cengkareng menjadi kawasan perumahan yang penting bagi para pekerja yang bekerja di daerah sekitarnya. Pada tahun 1974, Bandara Soekarno-Hatta dibuka di Cengkareng dan daerah ini menjadi lebih penting sebagai transportasi dan perekonomian.
Seiring dengan perkembangan Bandara Soekarno-Hatta, daerah Cengkareng mengalami perkembangan yang sangat pesat di bidang infrastruktur. Banyak sekali gedung perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan, dan apartemen yang dibangun di daerah ini untuk melayani kebutuhan pariwisatawan dan pebisnis yang datang ke Jakarta.
Namun perkembangan yang pesat juga membawa dampak negative bagi daerah Cengkareng. Banyak lahan hijau dan sawah yang dikorbankan untuk pembangunan gedung dan jalan, sehingga daerah ini kehilangan sebagian besar identitasnya sebagai pedesaan.
Tidak sampai di sini saja, dampak negativenya adalah pergaulan yang sangat bebas, pesta narkoba, pesta seks, tempat berkumpulnya waria, dan tempat mengaborsi janin dimana janin itu dibuang di pinggir kali. Selain itu, banyak juga masalah lingkungan seperti Polusi Udara dan kebisingan yang muncul diakibatkan karena aktivitas di sekitar Bandara Soekarno-Hatta. Meskipun demikian, Cengkareng tetap menjadi daerah yang penting bagi perekonomian dan transportasi di Jakarta.