RUANG OPINI - RA
5 min readMay 5, 2024

Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini Yang Masih Tabu

Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini Yang Masih Tabu

Di lansir BBC Indonesia, Kisah korban kekerasan seksual saat usia dini di Indonesia, trauma yang 'akan dibawa sampai mati'
Adira, bukan nama sebenarnya, mengalami kekerasan seksual sebelum memasuki usia sekolah. Dia tidak begitu ingat berapa umurnya kala itu. Memahami apa yang sedang terjadi pun tidak. Tapi kejadian itu masih membekas jelas di ingatannya ia mengalami pelecehan dengan salah satu pegawai toko orang tuanya dan ia baru menyadar hal tersebut disaat dia sudah kerja dan bahkan sudah menikah. Itu bukan kejadian pertama, kata dia. Pengalaman buruk itu kembali menimpa dirinya, tapi dengan pelaku yang berbeda. Kali ini dilakukan oleh dua saudaranya. Adira merasa hidupnya mulai berantakan ketika dia menyadari begitu banyak kegagalan dalam menjalani hubungan. Pernikahannya pun harus kandas, saat mencoba bangkit dan memulai hubungan yang baru, hal itu tidak berjalan lama dan pengalaman buruk harus kembali terulang. Pengalaman yang dia nilai sebagai kegagalan itu menyeret Adira ke titik terendah dalam hidupnya, pkirannya kacau, dia depresi. Memori buruk di masa kecilnya pun sempat muncul beberapa kali. Dia merasa psikisnya terganggu sampai dia terpaksa meninggalkan pekerjaan karena tak tahu harus berbuat apa lagi. Adira lantas mengunjungi psikolog.
Dari situ dia baru menyadari bahwa kekerasan seksual yang dia alami waktu kecil mempunyai efek yang begitu besar dalam hidupnya sampai sekarang. Bahkan menciptakan trauma pada kondisi tertentu, Psikolog klinis dan forensik, Kasandra Putranto, mengatakan Adira mengalami post traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma. Hal itu bisa merusak konsep diri, mengganggu kualitas hubungan, menimbulkan masalah emosional, sampai mengganggu kapasitas berpikir. Tingkat keparahan trauma itu, kata Kasandra, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia korban, jenis kekerasan seksual yang dialami, dan durasi kekerasan seksual itu terjadi. Sayangnya, kebanyakan korban kekerasan seksual tidak bisa pulih sepenuhnya dari trauma mereka.
Kasus tersebut menarik perhatian saya, karena ternyata salah satu penyebab kekerasan seksual masih marak terjadi, karena kurangnya pendidikan seks sejak dini. Pendidikan seks pada anak usia dini masih dianggap tabu oleh sebagian orangtua, sehingga seringkali tanggung jawab menyampaikan pendidikan seks kepada anak diserahkan kepada pihak sekolah. Namun, pendidikan seks usia dini merupakan cara bagi orangtua untuk memberikan arahan yang tepat kepada anak, yang jika tidak diberikan dapat meningkatkan risiko kekerasan seksual pada anak yang dilakukan oleh orang-orang terdekat termasuk keluarga. Kasus kekerasan seksual terhadap anak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penting untuk memberikan pendidikan seks dengan pemahaman yang sesuai agar dapat diterima oleh anak usia 3-5 tahun, yang merupakan masa di mana mereka mulai berinteraksi dengan lingkungan mereka. Peran orang tua sangat penting dalam pengenalan pendidikan seks pada anak usia dini karena mereka yang paling memahami kebutuhan anak. Pendidikan seks yang diberikan secara dini dapat membantu anak menerima tubuhnya dan fase perkembangannya secara alami.
Pendidikan seksual sangat penting bagi anak karena melibatkan proses pengajaran dan pembelajaran yang fokus pada aspek kognitif, emosional, fisik, dan sosial dari seksualitas, sesuai dengan kurikulum. Tujuannya adalah untuk memberdayakan anak-anak dan membuat mereka sadar akan pentingnya menjaga kesehatan, kesejahteraan, dan martabat mereka dengan cara membangun perlindungan diri dan mengembangkan hubungan sosial dan seksual yang sehat. Di era digital saat ini, di mana anak-anak dengan cepat dan bebas dapat mengakses berbagai media tanpa pengawasan orang tua atau pendidik, penting untuk memberikan pendidikan seksual sedini mungkin.
Pendekatan tabu terhadap pendidikan seks pada anak usia dini bisa memiliki beberapa dampak negatif. Pertama, anak mungkin tidak memiliki pengetahuan yang akurat tentang tubuh mereka sendiri, batasan pribadi, dan konsep dasar tentang hubungan. Kedua, tanpa pemahaman yang memadai tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi, anak-anak dapat menghadapi risiko lebih tinggi terhadap kehamilan remaja, penularan penyakit menular seksual, dan kekerasan seksual. Ketiga, kurangnya pendidikan seksual dapat menyebabkan perilaku berisiko seperti hubungan seksual tidak aman, penggunaan narkoba dan alkohol, serta penyalahgunaan atau eksploitasi seksual. Keempat, anak-anak mungkin merasa malu atau tidak nyaman untuk mencari informasi atau bertanya tentang seks kepada orang dewasa. Kelima, tanpa pendidikan seks yang benar, mereka dapat terpapar pada miskonsepsi atau mitos tentang seks, yang dapat memengaruhi pandangan mereka tentang diri sendiri dan hubungan seksual di masa depan. Oleh karena itu, menjaga pendidikan seks pada anak usia dini tetap tabu dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesejahteraan dan perkembangan mereka.
Pendapat
Pentingnya pendidikan seks pada anak usia dini sebagai landasan untuk perkembangan mereka di masa remaja dan kehidupan selanjutnya. Pendidikan seksual yang diberikan sejak dini dianggap sebagai investasi yang penting untuk membekali anak dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi situasi yang berkaitan dengan seksualitas. Pendapat tersebut juga menekankan bahwa pendidikan seksual harus disampaikan oleh pendidik dan orang tua dengan memahami kebutuhan dan kemampuan anak, serta dengan sikap yang jujur dan proporsional.
Dengan demikian, anak dapat memahami seksualitas sebagai bagian penting dari kesehatan tubuh, bukan hanya sebagai hubungan antara pria dan wanita. Secara keseluruhan, materi tersebut menggarisbawahi pentingnya pendidikan seksual yang holistik dan sensitif terhadap kebutuhan anak, sebagai upaya untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi aspek-aspek kompleks dari kehidupan.
Pentingnya pendidikan seks pada anak usia dini dan mencerminkan kesadaran akan peran krusial orang tua dalam proses tersebut. Dengan mengakui bahwa masih ada stigma dan ketidak nyamanan di kalangan orang tua dalam menyampaikan pendidikan seks kepada anak, tulisan tersebut menegaskan bahwa pendidikan seks merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua dan sekolah. Pendapat yang disampaikan dalam materi tersebut secara keseluruhan mendukung ide bahwa pendidikan seksual pada anak usia dini sangat penting untuk membantu mereka memahami tubuh mereka sendiri, menghormati batasan pribadi, dan menghindari risiko kekerasan seksual.
Pendidikan seks pada anak usia dini memang masih banyak yang tabu, tapi menurut opini saya tentang materi yang saya berikan, sebagai berikut:
1. Penting untuk mencegah kekerasan seksual: Kekerasan seksual pada anak usia dini adalah masalah yang semakin sering terjadi, dan pendidikan seksual sejak dini dapat membantu mencegah kejadian ini.
2. Penting untuk mencegah pikiran-pikiran negatif: Pendidikan seksual sejak dini juga penting untuk mencegah berkembangnya pikiran-pikiran negatif pada anak, terutama bila anak sudah mulai mengenal informasi dari media seperti televisi, internet, buku, dan sebagainya.
3. Penting untuk mengajarkan persetujuan, penolakan, dan penghormatan: Pendidikan seksual dapat mengajarkan seorang anak mengenai pentingnya persetujuan, penolakan, penghormatan terhadap batasan pribadi, dan bahkan kesetaraan gender.
4. Penting untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab: Pendidikan seksual dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab anak terhadap diri sendiri. Dengan demikian, anak akan lebih memahami prilaku seksual yang seharusnya dilakukan, memahami kesehatan dan perkembangan reproduksi, serta batasan-batasan yang tidak boleh diabaikan
5. Penting untuk memberikan pengetahuan dan nilai: Pendidikan seksual yang diberikan kepada anak akan memberikan pengetahuan dan nilai yang berkaitan dengan seksualitasnya. Anak akan diajarkan mengenai perubahan fisik dan emosional yang terjadi dalam masa pubertas, menjaga kesehatan seksual, pencegahan penyakit seksual menular, serta menghormati diri sendiri dan orang lain.
Dalam keseluruhan, pendidikan seks pada anak usia dini memiliki tujuan untuk mencegah kekerasan seksual, mencegah berkembangnya pikiran-pikiran negatif, mengajarkan persetujuan, penolakan, dan penghormatan, meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab, serta memberikan pengetahuan dan nilai yang relevan dengan seksualitas anak.
Maka, pendidikan seks pada anak usia dini bukan hanya tentang memberikan pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi tubuh, tetapi juga tentang membentuk sikap dan nilai-nilai yang positif terkait seksualitas. Ini adalah investasi yang penting untuk melindungi anak-anak dari kekerasan seksual dan membantu mereka membangun pemahaman yang sehat tentang diri mereka sendiri dan hubungan dengan orang lain. Dengan demikian, pendidikan seks pada anak usia dini tidak boleh dianggap tabu atau diabaikan, melainkan sebagai bagian integral dari upaya melindungi dan membentuk generasi yang lebih sehat secara emosional dan psikologis.

ANISSA NILAMSARI (202115500011)

No responses yet